Kongres GPMT Ke- XII : Optimalkan Serapan Jagung Nasional untuk Pakan
Kongres GPMT Ke- XII : Optimalkan Serapan Jagung Nasional untuk Pakan
Industri pakan anggota GMPT siap serap produksi jagung nasional dan mendukung program swasembada jagung
Sebagai
bahan baku utama produksi pakan nasional, jagung mendapat perhatian
khusus dalam pembahasan Kongres GPMT (Asosiasi Produsen Pakan Indonesia)
ke- XII yang berlangsung 10-12 Mei 2012 di Padma Resort Bali. Kongres
yang dihadiri 56 pabrikan yang diwakili 97 orang delegasi dari seluruh
Indonesia itumengambil tema “Efisiensi Produksi Pakan dalam rangka
Meningkatkan Daya Saing dan Menunjang Ketahanan Pangan”.
Sudirman, yang kembali dipercaya sebagai Ketua GPMT dalam sambutannya
menyatakan bahwa tantangan yang sedang dihadapi oleh pabrik pakan saat
ini adalah kurangnya bahan baku lokal. Padahalpada 2011 produksi jagung
nasional mencapai 17,8 juta ton, semantara kebutuhan untuk produksi
pakan hanya5,6 juta ton.
Sudirman lanjut menjelaskan, kebutuhan jagung pakan tersebut hanya
mampu dipenuhi sekitar 2,5 juta ton jagung lokal, sisanya harus
mengimpor. Saat ini untuk kebutuhan produksi pakan perbulan mencapai
56.000 ton, masihbelum bisa dipenuhi oleh produksi jagung nasional. “Ini
yang kami tidak tahu realitas produk dengan data. Kenyataannya, jagung
memang tidak ada,” tanyannya.
Sudirman menampik jika upaya impor sebagai jalan pintas memenuhi
kebutuhan bahan baku produksi pakan. Kenyataannya, pabrik pakan lebih
menyukai jagung lokal ketimbang jagung impor. Menurutnya, Jagung lokal
lebih fresh(segar), harga lebih murah, dan perputaran uang akan
kembali ke petani. “Tidak perlu mengeluarkan dari devisanegarakan?”
tanya Sudirman.
Ia menambahkan, pembatasan impor dan pemberlakuan tarif 5%, sesungguhnya berfungsi sebagai barrier
terhadap serbuan produk impor. Supaya pertanian jagung dalam negeri
juga bergairah. “Namun faktanya jagung yang kita butuhkan tidak kunjung
tersedia, sungguh dilema,”ungkap Sudirman.
Meski demikian, untuk tahun ini ia mempredisksi ada peningkatan
produksi jagung nasional. Dari hitungannya, tri wulan pertama 2012,
impor jagung mencapai 260.000 ton dengan proyeksi impor sampai akhir
2012 sebesar 1,5 juta ton. “Angka ini menurun jika dibandingkan dengan
jumlah impor pada triwulan yang sama tahun lalu. Artinya pada 2012,
produksi jagung nasional mulai mengalami peningkatan,” kata Sudirman .
Menyoroti pula soal jagung, dalam kongres tersebut, hadir Prof Budi
Tangendjaya sebagai pembicara pembukaan kongres. Pakar pakan ternak ini
mengemukakan bahwa dunia saat ini sedang ketergantungan terhadap jagung.
“Barang siapa yang mendahului, dia yang akan menang,” katanya ketika
mengulas soal product leadership.
Ia menjelaskan, jagung yang dalam komposisi penyusun pakan mampu
menghasilkan protein lebih ini, mau tak mau harus dikembangakan dengan
serius. Pengembangan produksi jagung juga selaras dengan Undang-Undang
nomor 7/1996 tentang ketahanan pangan yang salah satu poinnya adalah
pembatasan impor maksimal 10%.
Namun, kata Budi kenyataannya, impor terus dilakukan. Jagung impor
terus menggilas jagung lokal. Data produksi lokal yang pertahunnya
diperkirakan mampu menyuplai kebutuhan jagung dalam negeri hanya diatas
kertas. “Pilihannya ya memang harus land, land, land. Back to basicyaituPertanian,” tegas Budi semangat. Land reform dipercayainya akan mampu meningkatkan produksi jagung dalam negeri dan mewujudkan swasembada jagung.
Jalin Kerjasama
Sebagai asosiasi yang menghimpun berbagai organisasi pabrik produsen
pakan, dalam perkembangannya, GPMT terus melakukan pembenahan. Salah
satu upaya yang sudah dilakukan adalah dengan menjalin kerjasama dengan
Dewan Jagung Nasional dan asosiasi bibit. Selain itu,GMPT jugaikut andil
dalammembentuk tim gabungan untuk mengidentifikasi produksi jagung
nasional yang terdiri atas unsur Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan
dan Kesehatan Hewan, Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, serta pelaku industri.
Menurut Sudirman, tim akan terus berjalan walau ada perbedaan
angkaproduksi dan kebutuhan. Identifikasi produksi jagung terus
dilakukan, seperti data terakhir hasil survei yaitu produksi jagung di
Lampung mencapai 2,5 juta ton.“Dalam upaya swasembada jagung, pemerintah
boleh hanya mempertimbangkan nasib petani tapi juga harus peternakyang
jumlahnya sekitar 12,5 juta jiwa,” ungkap Sudirman.
Selain itu, tambahnya, melalui kongres kali ini akan dibentuk bidang
khusus yang menangani tentang pemberdayaan bahan baku lokal yang bisa
mendukung industri hulu. Selain jagung, bahan baku pakan yang luput dari
perhatian adalah katul. Bahn baku katul yang menyumbang 10% untuk total
produksi pakan, ternyata juga mengalami penurunan produksi. “Hal ini
karena produksi padi juga menurun,” terang Sudirman.
Hasil Kongres XII GPMT
Pernyataan Sikap Kongres GPMT Ke-XII
- GPMT mendukung program swasembada jagung. Mengingat kebutuhan jagung untuk pakan ternak meningkat dari tahun ke tahun, dan masih terdapat kesenjangan data produksi jagung nasional yang dirilis dengan kenyataan di lapang, maka data tersebut perlu diperbaiki.
- GPMT menolak impor produk produk perunggasan dan perikanan selama produk produk tersebut dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
- GPMT perlu berkolaborasi dengan asosiasi dan institusi lain untuk pemenuhan kebutuhan jagung dan bahan baku pakan lokal lainnya, serta perlu melakukan advokasi untuk mengantisipasi adanya ancaman produk perunggasan impor.