Rabu, 10 Maret 2021

Rektor IPB Ajak Berbagai Pihak untuk Mencari Solusi Masalah Pakan Ternak

Berangkat dari hal tersebut, Pusat Kajian Pertanian Pangan & Advokasi (Pataka) bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan IPB University menggelar seminar virtual dengan tema “Kebijakan Berbasis Evidence dalam Pakan Berdaya Saing,” melalui aplikasi Zoom, Kamis (4/3).
Dalam sambutannya, Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si. menyampaikan bahwa upaya dalam mengeksplorasi atau mencari langkah-langkah untuk mencapai kedaulatan pakan sangat penting untuk dilakukan.
Pakan dalam usaha peternakan merupakan faktor yang penting dan mempunyai andil yang sangat besar, sehingga perlu mencari alternatif berbagai bahan pakan yang mempunyai kualitas tinggi dan harga yang terjangkau. Dalam upaya pengembangan pakan ini harus diformulasikan secara tersistem.
“Perlu adanya formula dalam pengembangan pakan ini, baik dari perguruan tinggi dengan berbagai riset yang akan dikembangkan, pemerintah dengan kebijakan yang harus didorong serta dari dunia bisnis dalam pengembangan aplikatif dan kolaborasi dengan perguruan tinggi,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Peternakan, IPB University, Prof. Muladno Basar menjelaskan bahwa dalam perunggasan, penguasaan bahan baku produksi (pakan dan DOC) dikuasai oleh perusahaan integrator, sehingga akan berpengaruh kepada peternak mandiri.
Selain itu, Muladno menambahkan bahwa di lapangan masih banyak ditemui praktik jual paket pakan dan DOC ke peternak sebagai bagian dari strategi bisnis yang mungkin akan merugikan para peternak.
“Dengan kondisi seperti ini, peternak harus berkonsolidasi membentuk integrasi horizontal (seperti koperasi) dan berbisnis dari hulu hingga hilir. Dalam konsolidasi tersebut perguruan tinggi dan pemerintah wajib hadir untuk memperkuat integrasi horizontal,” tegasnya.
Mewakili Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Hudian Pramudyasunu menceritakan bahwa tantangan industri pakan dalam penyediaan bahan pakan adalah pengenaan PPN atas banyak bahan pakan impor serta keterbatasan bahan pakan lokal.
Pada dasarnya industri pakan nasional selalu siap mendukung bahan pakan lokal selama sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan yaitu stabilitas mutu, keberlanjutan pasokan dan daya saing harga.
“Saat ini bahan pakan lokal mempunyai proporsi 65 persen. Bungkil kedelai sebagai sumber protein utama dalam pakan tidak dapat diproduksi di dalam negeri dan belum ada bahan pakan lokal yang dapat menggantikan secara penuh penggunaannya,” ujarnya.
Sementara itu, bahan pakan lokal lain seperti dedak dapat digunakan hingga 15 persen namun ketersediaannya musiman, sehingga sering digantikan oleh bahan pakan impor. Selain itu, proporsi CPO tidak dapat melebihi 5 persen, walaupun ketersediaannya terjamin.
Hal senada disampaikan oleh Guru Besar Nutrisi Ternak, IPB University, Prof. Dr. Nahrowi Ramli yang menyampaikan bahwa 35 persen dari ransum ternak di Indonesia harus dipenuhi dari impor. Tentu alternatif dan solusi pemenuhan bahan pakan dari lokal harus diupayakan.
“Perlu adanya perluasan lahan untuk produksi bahan pakan. Selain itu, perlu adanya keberanian untuk industrialisasi kedelai serta produksi bahan pakan MBM,” ujarnya.
Nahrowi menambahkan bahwa perbaikan sistem informasi, logistik dan standardisasi transportasi bahan pakan juga perlu diusahakan.
Dinamika pakan nasional secara langsung akan berpengaruh terhadap usaha para peternak. Hidayatul Rahman, selaku praktisi ayam ras petelur menceritakan bahwa untuk mengakselerasi produksi jagung nasional, pemerintah telah melakukan berbagai macam program di antaranya subsidi bibit dan pupuk bagi petani jagung.
Oleh karenanya, dengan subsidi tersebut, para peternak sangat mengharapkan harga jagung dapat terjangkau. Namun fakta harga jagung lokal di lapangan seringkali masih berada di atas jagung impor.
Menurutnya, perlu adanya evaluasi atau peninjauan ulang terkait hal tersebut. Selain itu untuk SNI pakan berdasarkan protein yang selama ini berlaku juga perlu dievaluasi dan digantikan berdasarkan daya cerna pakannya.
Sumber : Poultry Indonesia

Senin, 08 Maret 2021

SIARAN PERS KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: SP.212/SJ.5/III/2021


Dorong Ekspor dan Program Unggulan KKP, Menteri Trenggono Minta Jajarannya Perkuat Pembinaan Terhadap Pelaku Usaha Perikanan

https://kkp.go.id/artikel/27714-dorong-ekspor-dan-program-unggulan-kkp-menteri-trenggono-minta-jajarannya-perkuat-pembinaan-terhadap-pelaku-usaha-perikanan

BOGOR (1/3)- Kementerian Kelautan dan Perikanan berupaya agar ekspor produk perikanan Indonesia terus meningkat meski pandemi Covid-19 masih melanda dunia. Salah satu caranya dengan rutin melakukan pembinaan kepada pelaku usaha mulai dari hulu sampai hilir untuk memastikan produk yang dihasilkan terjamin mutu dan kualitasnya. 

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, jaminan mutu ini penting sebagai upaya meningkatkan kepercayaan pasar dunia terhadap produk perikanan Indonesia. 

"Jajaran BKIPM bersama PDS tentunya, saya minta untuk memastikan dan menjamin tidak ada lagi kasus penolakan produk perikanan Indonesia di negara tujuan," tegas Menteri Trenggono saat membuka Rapat Koordinasi Nasional BKIPM di Bogor, Jawa Barat, Senin (1/3/2021).

Selain menjamin kualitas dan mutu, lanjut Menteri Trenggono, industri perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan pengolahan hasil perikanan harus didorong untuk menghasilkan produk yang digemari konsumen serta berdaya saing secara ekonomis, khususnya di masa pandemi ini. 

Di sisi lain, Trenggono juga meminta semua stakeholder untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan ekosistem perikanan. Konsep keberlanjutan ini manfaatnya tidak hanya untuk menjaga kelestarian alam, tapi juga kesinambungan usaha perikanan itu sendiri.

"Langkah-langkah ini akan mengokohkan struktur usaha perikanan nasional dengan multiplier effects menggerakkan perekonomian nasional, terutama dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19," ungkapnya. 

Dalam rakornas yang berlangsung secara luring dan daring tersebut, Menteri Trenggono meminta jajarannya serius merealisasikan tiga program terobosan KKP 2021-2024. Meliputi peningkatan penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sub-sektor perikanan tangkap dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Kemudian menggerakkan perikanan budidaya untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang didukung oleh riset kelautan dan perikanan untuk keberlangsungan sumber daya laut dan perikanan darat. Serta mengembangkan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di sejumlah daerah Indonesia.

"Terobosan ini merupakan langkah strategis KKP untuk menciptakan lapangan kerja, mendorong kesejahteraan masyarakat, dan memberi pemasukan lebih optimal bagi keuangan negara dari sektor kelautan dan perikanan," imbuh Menteri Trenggono.

Sementara itu, Kepala BKIPM Rina menjelaskan bersiaga mendukung program unggulan tersebut sesuai tugas fungsinya sebagai otoritas kompeten pencegahan masuk dan tersebarnya penyakit ikan karantina, pengendalian mutu keamanan hasil perikanan dan keamanan hayati ikan. 

"Adapun tujuan rapat koordinasi ini adalah untuk mendapatkan satu konsep bagaimana BKIPM bersama pihak-pihak terkait menyamakan persepsinya terhadap program unggulan KKP sesuai arahan Pak Menteri," ujarnya.

Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri

Jumat, 26 Februari 2021

Charoen Pokphand Indonesia (CPI) ekspor perdana ke Qatar

Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) ekspor perdana ke Qatar
ILUSTRASI. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di industri produk makanan pertanian PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk mengekspor produk olahan unggas sebanyak delapan kontainer hari ini, Rabu (24/2).

Emiten dengan kode CP itu melakukan ekspor perdana ke Qatar dan ekspor lanjutkan ke Jepang dan Republik Demokratik Timor Leste (RDLT).

Lebih rinci dijelaskan, CP mengirimkan produk makanan olahan berbasis daging ayam ke Qatar dan Jepang. Sementara untuk Timor Lester, CPIN mengekspor produk makanan olahan, pakan ayam, dan Day Old Chicken (DOC).

"Sudah merupakan komitmen kami untuk terus berusaha untuk meningkatkan ekspor hasil produk kami baik ke negara yang selama ini sudah menjadi tujuan ekspor, serta mengusahakannya mengekspor ke negara-negara baru lainnya," ungkap Komisaris Independen PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Suparman dalam seremoni pelepasan ekspor produk olahan unggas PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang digelar secara daring, Rabu (24/2).

Dijelaskan juga bahwa langkah CP untuk melakukan ekspor ini diawali pada tahun 2017. Ketika itu, CP melakukan mengekspor satu kontainer ke Papua Nugini.

Jumlah ini terus berkembang, hingga akhirnya sepanjang tahun 2018 hingga 2020 CP telah mengekspor sebanyak 72.000 kg produk olahan ke Jepang dan 36.906 kg produk olahan ke Papua Nugini.

Sementara untuk ekspor ke Timor Leste, CP telah mengirimkan 28.906 kg produk olahan, 309.614 kg Grillier Ayam, 6,67 juta kg pakan, dan 860.690 ekor DOC.

Ke depan, CPIN akan terus memperluas pasar ekspor. Tahun ini, CPIN berharap dapat mengekspor produknya ke Singapura, Korea, dan Arab Saudi, dan Korea.

Sekadar informasi, mengutip laporan keuangan CP hingga kuartal III 2020, kontribusi ekspor terhadap penjualan CP memang masih mini sebesar Rp 15,85 miliar. Padahal, total penjualan tanpa eliminasi dibukukan hingga Rp 44,40 triliun.

Sumber : Kontan