"Jadi apa yang terjadi akhir-akhir ini memang perekonomian dunia bergeraknya begitu. Memang kita melihat fundamental ekonomi kita perlu ada sedikit pelemahan (rupiah)," ujar Darmin di kantornya Jakarta, Jumat (31/8).
Darmin tidak mau merinci apa yang ia maksud dengan hal tersebut. Namun, ia menyebutkan, komponen yang diperhatikan BI ialah inflasi, neraca pembayaran dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagian ekonom menyebutkan, dengan membiarkan rupiah sedikit terpukul, BI dapat menekan impor, sehingga mengurangi defisit transaksi berjalan.
"BI dalam menjaga nilai tukar itu sederhana sekali. Kita memperhatikan fundamental ekonominya, kalau harus arahnya melemah kita menjaga supaya jangan terlalu cepat melemahnya, sehingga persepsinya mulai muncul aneh-aneh. Atau kalau dia harus menguat juga kita tidak akan lawan, hanya kita jaga agar tidak terlalu cepat," tutur Darmin.
Sejak Senin, rupiah telah menembus level Rp9.500 per dolar AS. Pada Jumat (31/8) siang, rupiah pada kurs tengah BI sedikit menguat dari hari sebelumnya, menjadi Rp9.560 per dolar AS dari sebelumnya Rp9.573 per dolar AS.
Sumber : milisnews.com