Bulog Tebus Jagung Impor Yang Tertahan Di Sejumlah Pelabuhan
JAKARTA – Pemerintah akhirnya menugaskan Perum Bulog untuk membeli
445.500 ton jagung impor yang tertahan di sejumlah pelabuhan. Menurut
Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Bulog akan menyalurkan jagung bahan
pakan ayam itu langsung kepada peternak. “Dengan cara ini, harga pakan
akan turun dan harga daging ayam tidak terus naik,” kata Thomas,
kemarin.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian serta Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai Kementerian Keuangan menahan ribuan ton jagung impor di pelabuhan
wilayah Medan, Semarang, Banten, dan Jawa Barat. Bahan baku pakan ayam
itu ditahan karena importirnya tidak mengantongi rekomendasi dari
Kementerian Pertanian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 57
Tahun 2015, impor jagung untuk pakan ternak harus disertai rekomendasi
dari pemerintah.
Thomas mengatakan keputusan untuk menugaskan Bulog diambil pada rapat
bersama peternak, Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), dan
importir jagung pada Jumat lalu. Dia berharap cara ini dapat mengakhiri
polemik impor jagung yang berujung pada kenaikan harga daging ayam di
pasaran. Menurut catatan Kementerian Perdagangan, sejak November 2015
hingga Januari 2016, harga jagung pakan naik dari Rp 3.000 menjadi Rp
6.000 per kilogram. Akibatnya, harga daging ayam melambung 15 persen
menjadi (rata-rata) Rp 33.237 per kilogram.
Thomas juga mengakui belum ada tata niaga impor jagung. Di sisi lain,
neraca produksi jagung hanya menggambarkan kondisi pasokan tanpa
melihat jenis dan kebutuhan penggunanya. “Apakah untuk pakan ternak,
konsumsi manusia, atau keperluan industri,” kata dia. Jagung lokal untuk
pakan ternak, kata Thomas, sebenarnya tersedia, tapi terpencar di
daerah tertentu yang jauh dari pabrik pakan. “Ke depan, tata niaga
jagung akan diatur secara komprehensif.”
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), F.X.
Sudirman, mengeluhkan penerapan Peraturan Menteri Pertanian tentang
Impor Jagung yang simpang siur. Pengusaha, kata dia, belum mendapat
kepastian bahwa peraturan baru ini telah berlaku. “Kami pakai aturan
lama (tanpa syarat rekomendasi),” ujar dia. Sudirman pun menuntut
pemerintah mensosialisasi jika ingin membatasi impor jagung. “Tidak ada
angin, tidak ada hujan, tiba-tiba dilarang. Kami mengimpor, kan memakai
perencanaan,” kata dia.
Namun Menteri Pertanian Amran Sulaiman beralasan penahanan jagung
impor berkaitan dengan panen raya di berbagai daerah mulai 3 Februari
mendatang. “Pada Februari-Maret, pasokan jagung akan melimpah,” ucapnya.
Amran menyatakan pemerintah telah mengutus Perum Bulog sebagai importir
tunggal jagung. “Dengan begitu, bisa dikontrol. Saat panen raya, jagung
impor tidak akan keluar, sehingga petani tidak susah,” kata dia.
Pada akhir tahun lalu, pemerintah memutuskan mengimpor 2,4 juta ton
jagung untuk pakan ternak atau 27,9 persen dari kebutuhan pada 2016,
yang mencapai 8,6 juta ton. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian
Perindustrian Panggah Susanto mengatakan kebutuhan jagung untuk pakan
ternak pada tahun ini naik 3,6 persen dibanding pada 2015. Meski pasokan
dalam negeri lebih besar, Panggah meminta adanya perbaikan tata kelola
untuk pengadaan komoditas ini. “Terutama pada harga, kualitas, dan waktu
pengiriman. Tidak cuma hitung-hitungan produksi,” kata dia.
Sumber : berita terkini