Harga Kedelai Impor Naik, Industri Pakan Ternak Ikut Terdampak
Kenaikan
harga kedelai impor memberikan dampak terhadap industri pakan karena
berpengaruh pada kenaikan biaya produksi.
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan
Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti
Bisnis.com, JAKARTA - Imbas kenaikan harga kedelai impor
ternyata tak hanya dirasakan oleh para perajin tempe. Industri pakan ternak pun
melaporkan dampak serupa.
Direktur Pemasaran PT
CJ Feed and Care Indonesia Haris Muhtadi menjelaskan kenaikan harga biji
kedelai turut berpengaruh pada harga bungkil kedelai, by product kedelai yang
menjadi salah satu bahan utama pakan ternak. Untuk pakan udang dan ikan
misalnya, komposisi bungkil kedelai berkisar 30 sampai 35 persen.
“Dari segi pasokan
sejauh ini cukup dan tidak langka. Namun memang kenaikan harga biji kedelai
berkorelasi ke harga bungkil kedelai,” kata Haris kepada Bisnis.com, Senin
(4/1/2021).
Kenaikan harga ini pun
disebutnya berdampak pada kenaikan biaya produksi. Guna menyiasati kondisi ini,
dia mengatakan pabrik harus menaikkan harga jual di kisaran 4 sampai 5 persen.
“Tidak ada pilihan
lain sehingga kami naikkan harga,” kata dia.
Wacana untuk
substitusi impor sendiri sejatinya sudah banyak disuarakan seiring
berkembangnya riset untuk memanfaatkan bahan baku lokal sehingga ketergantungan
pada bungkil impor bisa dikurangi. Meski demikian, Haris mengatakan hambatan
terbesar adalah mengenai keberlanjutan pasokan dari bahan baku alternatif
tersebut.
“Riset sudah dilakukan
dan memang ada potensi substitusi. Tetapi kendalanya di kapasitas industri
pemasok, bagaimana pasokan dan kuantitasnya ini belum diketahui,” kata Haris.
Ketua Gabungan
Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto B. Utomo membenarkan kenaikan harga
bungkil kedelai yang disebutnya linier dengan harga biji kedelai. Kebutuhan
bungkil kedelai untuk pakan ayam sendiri mencapai 25 persen.
“90 persen lebih
anggota GPMT memproduksi pakan ayam dan dalam pakan ayam, struktur biaya bahan
baku berkisar di 80 sampai 85 persen,” ujarnya.
Dia menjelaskan
kenaikan harga bahan baku tak hanya terjadi pada bungkil kedelai, namun juga
terjadi pada produk lainnya. Selain itu, biaya logistik yang makin mahal pun
turut menambah biaya impor.
Sumber : Bisnis