GPMT: Impor pakan berdampak ke petani-peternak
Jakarta (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Makanan
Ternak (GPMT) menyebutkan wacana
impor pakan ternak dan ayam dari Brazil akan
berdampak pada petani jagung dan peternak
ayam lokal.
Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo dalam
keterangan tertulisnya yang diterima di
Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa kebijakan
importasi pakan ternak akan sangat masif
terhadap industri pakan nasional yang sudah
lebih dari 50 tahun swasembada pakan.
"Multiplier effects dari importasi pakan
terhadap industri bisa meluas ke subsektor lainnya,
seperti petani jagung, peternak, dan pedagang
ayam baik ayam petelur
maupun pedaging, tenaga kerja budi daya ayam,
dan bahan pakan lainnya," katanya.
Menurut Desianto, ada sekitar lebih dari 12
juta keluarga petani dan peternak yang bergantung
kehidupannya pada industri pakan ternak.
"Belajar dari kasus importasi ayam di
Filipina, sekali masuk daging ayam ke negara tersebut
untuk test injury impact telah menyebabkan
industri ayam di Filipina collapse dan hingga
sekarang ini tidak bisa bangkit lagi. Akan
menjadi trigger untuk importasi ayam dengan dasar
pemikiran bahwa harga ayam impor (Brasil)
lebih murah," kata Desianto.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri Kementerian Perdagangan
Syailendra mengatakan ada kemungkinan
importasi daging ayam dari Brasil yang lebih murah
dikarenakan harga daging ayam terus tinggi.
Harga pakan ternak di lapangan saat ini
berkisar di rentang Rp7.000-7.800 per kg, dengan
harga rata-rata Rp7.300 per kg. Harga bahan
baku utama pembuatan pakan baik jagung lokal
maupun impor hingga saat ini terus meningkat.
Saat ini rata-rata penyerapan jagung dari
anggota GPMT adalah di bawah tujuh juta ton per
tahun, dengan asumsi pemakaian jagung dalam
formula pakan adalah sebesar 40 persen.
Pemakaian jagung untuk beberapa jenis pakan
idealnya ada di rentang 50 persen, bahkan
untuk jenis pakan tertentu pemakaian jagung
dalam formula pakan bisa lebih dari 50 persen.
Sementara kecukupan jagung untuk industri
pakan saat ini mengalami penurunan yaitu hanya
tersedia untuk kurun waktu 32-35 hari.
Idealnya kecukupan ketersediaan jagung pada industri
pakan untuk kurun waktu dua bulan.
Saat puncak panen pada Maret dan April, harga
jagung terus melambung. Desianto
mengatakan saat ini di sentra penghasil jagung
bisa mencapai Rp6.100 per kg dengan kadar air
15 persen, sedangkan harga acuan dalam
Permendag No. 07 Tahun 2020 sebesar Rp4.500 per
kg.
Sumber : Antaranews