Kamis, 22 April 2021

GPMT: Impor pakan berdampak ke petani-peternak

 


Jakarta (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menyebutkan wacana

impor pakan ternak dan ayam dari Brazil akan berdampak pada petani jagung dan peternak

ayam lokal.

Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo dalam keterangan tertulisnya yang diterima di

Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa kebijakan importasi pakan ternak akan sangat masif

terhadap industri pakan nasional yang sudah lebih dari 50 tahun swasembada pakan.

"Multiplier effects dari importasi pakan terhadap industri bisa meluas ke subsektor lainnya,

seperti petani jagung, peternak, dan pedagang ayam baik ayam petelur

maupun pedaging, tenaga kerja budi daya ayam, dan bahan pakan lainnya," katanya.

Menurut Desianto, ada sekitar lebih dari 12 juta keluarga petani dan peternak yang bergantung

kehidupannya pada industri pakan ternak.

"Belajar dari kasus importasi ayam di Filipina, sekali masuk daging ayam ke negara tersebut

untuk test injury impact telah menyebabkan industri ayam di Filipina collapse dan hingga

sekarang ini tidak bisa bangkit lagi. Akan menjadi trigger untuk importasi ayam dengan dasar

pemikiran bahwa harga ayam impor (Brasil) lebih murah," kata Desianto.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan

Syailendra mengatakan ada kemungkinan importasi daging ayam dari Brasil yang lebih murah

dikarenakan harga daging ayam terus tinggi.

Harga pakan ternak di lapangan saat ini berkisar di rentang Rp7.000-7.800 per kg, dengan

harga rata-rata Rp7.300 per kg. Harga bahan baku utama pembuatan pakan baik jagung lokal

maupun impor hingga saat ini terus meningkat.

Saat ini rata-rata penyerapan jagung dari anggota GPMT adalah di bawah tujuh juta ton per

tahun, dengan asumsi pemakaian jagung dalam formula pakan adalah sebesar 40 persen.

Pemakaian jagung untuk beberapa jenis pakan idealnya ada di rentang 50 persen, bahkan

untuk jenis pakan tertentu pemakaian jagung dalam formula pakan bisa lebih dari 50 persen.

Sementara kecukupan jagung untuk industri pakan saat ini mengalami penurunan yaitu hanya

tersedia untuk kurun waktu 32-35 hari. Idealnya kecukupan ketersediaan jagung pada industri

pakan untuk kurun waktu dua bulan.

Saat puncak panen pada Maret dan April, harga jagung terus melambung. Desianto

mengatakan saat ini di sentra penghasil jagung bisa mencapai Rp6.100 per kg dengan kadar air

15 persen, sedangkan harga acuan dalam Permendag No. 07 Tahun 2020 sebesar Rp4.500 per

kg.

Sumber : Antaranews

Panen Raya Jagung Usai, Kementan Kejar Hasil 1,5 Juta Ton Pipilan Kering



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Musim panen raya jagung tahun ini berlangsung sejak Januari sampai April dengan kontribusi mencapai 30 persen dari total produksi jagung tahun 2021 ini sebesar 22,6 juta ton pipilan kering dengan kadar air 15 persen.

Dibandingkan realisasi produksi jagung sepanjang tahun 2020 sebesar 24 juta ton, ada penurunan produksi sebesar 1,4 juta ton pipilan kering.

Kasubdit Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Muhammad Gazali mengatakan realisasi produksi jagung sebesar target penanaman 300.000 hektare (ha) per bulan pada semester kedua tahun 2021.

Luas areal sebesar merupakan target minimal Kementan untuk memenuhi kebutuhan baik konsumsi langsung maupun industri pakan ternak.

Dia mengatakan, kementeriannya memberikan bantuan benih gratis sebagai insentif agar petani termotivasi menanam jagung. Dengan produktivitas tanaman jagung 5 ton per hektare (ha), sebut Gazali maka potensi produksi sebesar 1,5 juta ton per pipilan kering.

“Kalau penanaman jagung Oktober 2020-Maret 2021 luas tanaman bisa jutaan hektare per bulannya. Kita berikan bantuan bibit jagung tersertifikasi gratis kepada petani sebagai insentif,” ungkap Gazali dalam webinar bersama media mengangkat tema Harga Jagung Melambung bertema yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi di Jakarta, Selasa (20/4/2021).

Seiring dengan hal itu, Kementan juga melakukan ekstensifikasi penanaman jagung diluar willayah exsiting,pengawaalan penerapan prakik budidaya penanaman jagung.Untuk meningkatkan mutu dan perbaikan kualitas jagung, pihaknya turut memberikan bantuan sarana penanganan paska panen dan pengolahan secara baik.

”Kita juga memberikan bantuan dryer dan mobile corn dryer gratis kepada petani,” ujar Gazali tanpa menyebut jumlah bantuan unitnya.

Gazali tidak menampik pencapaian produksi jagung tidak berjalan simetris dengan harga jagung untuk kebutuhan pakan. Dia menjelaskan, penanaman areal jagung petani tidak melulu terintegrasi dengan industri pakan.

”Kita juga memberikan bantuan dryer dan mobile corn dryer gratis kepada petani,” ujar Gazali tanpa menyebut jumlah bantuan unitnya.

Gazali tidak menampik pencapaian produksi jagung tidak berjalan simetris dengan harga jagung untuk kebutuhan pakan. Dia menjelaskan, penanaman areal jagung petani tidak melulu terintegrasi dengan industri pakan.


Asisten Deputi Pangan Kemenko Perekonomian Muhammad Syaifullah menilai belum adanya mekanisme pengelolaan stok yang dikelola pemerintah sepertihalnya beras menyebabkan harga jagung rentan dipermainkan pedagang.

Apalagi harga jagung di tingkat internasional sejak Oktober 2020 hingga April 2021 sudah mencapai 36 persen.

Syaifullah mengaku khawatir dengan neraca kebutuhan jagung ke depan. Pasalnya prognosa Kementan ketersediaan jagung pipilan kering petani periode triwulan II 2021 mulai menipis.

"Ini sebenarnya April dan Mei sudah ada warning minus 265.349 ton dan Mei sebesar 2.896 ton," tukas Syaifullah.

Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Johan memberikan pernyataan senada.

Dia mengatakan, pasokan jagung pada semester II menjadi pertanyaan besar bagi industri. Saat ini harga peternak unggas sudah menembus harga jagung di atas Rp 6.000 per kilogram (kg), dari awal tahun masih berkisar Rp 4.000 an.

Johan menambahkan, bagi perusahan tidak bisa serta merta menaikkan harga pakan.Total kebutuhan pakan industri pakan sebesar 700.000 ton per bulan atau 8,4 juta ton per tahun.

Menurutnya sekitar 65 % produksi jagung petani dihasilkan pada bulan Januari hingga Aprill.

Ketua Umum GPMT Desianto B. Utomo mengatakan kondisi stok jagung yang hanya bisa memenuhi kebutuhan produksi kurang dari 30 hari menjadi penanda berkurangnya pasokan meski panen raya tengah berlangsung.

“Stock on hand di pabrik pada Februari hanya bisa untuk kebutuhan 33 hari, artinya memang volume yang kami serap dan kami gunakan dalam produksi lebih besar dari pada produksi sehingga stok makin menurun walaupun dalam kondisi panen,” ujar Desianto.

Sumber : TribunNews

Panen Raya, Pasokan Jagung di Pabrik Pakan Ternak Malah Turun

 Agrofarm.co.id-Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) mengungkapkan seretnya pasokan jagung sebagai bahan baku pabrik pakan. Meskipun memasuki puncak panen kecukupan jagung tidak mencapai dua bulan.

Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo menyebutkan, saat ini rata-rata penyerapan jagung dari anggota GPMT adalah dibawah 7 juta ton. “Tahun 2019 sebesar 6,6 juta ton dan tahun 2020 sebesar 6,5 juta ton, dengan asumsi pemakaian jagung dalam formula pakan adalah sebesar 40% saja,” ujar dia dalam keterangan persnya, Rabu (21/4/2021).

Desianto mengatakan, pemakaian jagung untuk beberapa jenis pakan idealnya rata rata 50%, bahkan untuk jenis pakan tertentu pemakaian jagung dalam formula pakan bisa lebih dari 50%.

“Kecukupan jagung di industri pakan saat ini mengalami penurunan (Januari 35 hari, Februari 33 hari, dan dibulan Maret 32 hari). Idealnya kecukupan jagung pada industri pakan untuk 2 bulan,” terang dia.

Anehnya, pada saat puncak panen jagung di bulan Maret dan April, harga jagung terus melambung. “Saat ini di sentra penghasil jagung seperti di Sumatera Utara harga per 20 April 2021 sudah menyentuh Rp 6.100 per kilogram (kg), jauh diatas harga acuan dalam Permendag Nomor 07 Tahun 2020 sebesar Rp 4.500 per kg,” tuturnya.

Sementara itu, harga pakan di lapangan hanya berkisar Rp 7.000 7.800 per kg, dengan harga rata rata Rp 7.300 per kg. “Dalam menghadapi situasi harga bahan baku utama pembuatan pakan baik bahan baku local (jagung) maupun impor (SBM, MBM) yang terus meningkat,” ujar Desianto.


Dia menjelaskan, para produsen pakan anggota GPMT berusaha keras untuk terus membantu para peternak untuk tetap bisa bertahan kelangsungan usahanya.

Impor Pakan

Terkait dengan wacana pemerintah mengenai importasi pakan, ini akan berdampak negatif terhadap terhadap keberlangsungan industri hingga petani jagung di Indonesia.

Desianto mengungkapkan, secara nasional pabrik pakan Indonesia masih memiliki idle capacity terpasang sekitar 35%. “Dampak importasi pakan akan sangat massif terhadap industri pakan nasional yang sudah lebih dari 50 tahun swasembada pakan,” tandas dia.

Desianto menambahkan, multiplier effects dari importasi pakan terhadap industri bisa meluas ke sub sektor lainnya, seperti petani jagung, peternak, pedagang ayam (ayam petelur maupun ayam pedaging), tenaga kerja budidaya ayam, anak anak kendang, serapan katul dan bahan pakan lainnya.

“Ada sekitar lebih dari 12 juta keluarga petani dan peternak yang bergantung kehidupannya pada industri pakan. Ini akan menjadi trigger untuk importasi ayam dengan dasar pemikiran bahwa harga ayam impor Brazil lebih murah,” ujar dia.

Desianto mencontohkan, belajar dari kasus importasi ayam di Filipina, sekali masuk daging ayam ke negara tersebut untuk test injury impact telah menyebabkan industri ayam di Filipina kolaps dan hingga sekarang ini tidak bisa bangkit lagi. Bantolo

Sumber : agrofarm