Harga Jagung Lampung Selatan Bertahan Tinggi

Bandarlampung - Harga jagung pipilan kering di Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel), Provinsi Lampung, masih bertahan tinggi karena minimnya ketersediaan komoditas itu dalam beberapa bulan terakhir. "Ketersediaan komoditas itu sudah menipis sejak musim kemarau lalu," kata Gunawan, salah seorang petani di Desa Margomulyo, Kecamatan Jatigagung, Lampung Selatan, Minggu (25/11).
Ia mengatakan harga jagung saat ini mencapai Rp2.100 per kilogram di tingkat petani, sedangkan di pengumpul Rp2.300/kg untuk jagung pipilan kering. Menurut dia, harga jagung pipilan itu masih bertahan cukup tinggi karena biasanya di bawah Rp2.000/kg jika saat pasokan melimpah pada musim panen raya jagung. "Pendapatan petani sedikit saat musim kemarau sehingga ketersediaan komoditas itu sekarang sudah habis," kata dia.
Sementara itu, sebagian petani setempat mengaku mulai menanam jagung memanfaatkan hujan yang telah membasahi perladangan mereka dalam beberapa hari terakhir. "Hujan sudah cukup untuk mendukung menanam jagung pada musim ini," kata Ruhaya, petani setempat lainnya. Menurut dia, saat ini waktu paling tepat menanam jagung karena tiga bulan ke depan sudah panen dan akan berganti musim menanam padi musim rendeng atau basah.
Ruhaya menjelaskan, tanaman jagung berbeda dengan tanaman padi yang membutuhkan pasokan air lebih banyak sedangkan jagung dapat bertahan meskipun kekurangan air saat tumbuh besar."Setelah benih tumbuh meskipun hujan jarang tanaman jagung tetap bertahan," katanya.Kemudian, kata dia, panen jagung pada musim ini akan lebih banyak dibandingkan musim sebelumnya yang tidak mendapatkan curah hujan sama sekali bersamaan dengan kemarau panjang, bahkan banyak tanaman jagung yang mati kekeringan.
Salah seorang pedagang pengumpul hasil bumi di kawasan industri Kecamatan Tanjungbintang, Agustanto, mengatakan harga jagung saat ini mencapai Rp2.500/kg, karena minim pasokan dari petani. Dia menjelaskan, dalam beberapa bulan ini banyak juga petani yang tidak panen karena tanaman mereka kekeringan akibat kekurangan air saat kemarau ini. "Meskipun panen, buahnya sangat kurang dengan ukuran semakin kecil dibandingkan dengan biasanya," katanya.

Sumber : pasarjagung.com