GARA-GARA DOLAR NAIK, BAHAN BAKU IKUT NAIK

INILAH.COM, Jakarta - Inilahnya susahnya hidup di negara yang selalu bergantung pada produk pangan impor. Nah, di saat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar, biaya produksi barang yang menggunakan bahan baku impor pun ikut-ikutan naik. Akibatnya, masyarakat pun turut menanggung beban. Paling tidak, itu terjadi pada kedelai.

HeadlineBeberapa pekan terakhir ini harga kedelai memang terus meroket. Pekan lalu, misalnya, harganya Rp7.650 per kg. Tapi, pekan ini harganya sudah berkisar Rp8.700–9.000. Tak ayal, kenaikan harga kedelai itu membuat para pengusaha kelimpungan. Apalagi harga kedelai berubah dalam hitungan jam. Tak heran bila sejumlah produsen tahu dan tempe berencana menutup usahanya.
Tak hanya tahu dan tempe yang kelas rumahan, kenaikan harga kedelai juga memukul industri pakan ternak skala besar. Desianto Budi Utomo, Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), mengatakan para produsen pakan ternak di Tanah Air terpaksa menaikan harga jual produknya. “Ini desakan dari para pengusaha akibat pelemahan rupiah,” ujar Desianto.
Rencananya, mulai pekan ini harga pakan ternak akan naik antara Rp250-300 per kg hingga menjadi Rp6.250–6.300 per kg. Menurut Desianto, kenaikan ini tak bisa dihindari. Sebab, dari total biaya produksi, sekitar 75% merupakan pembelian bahan baku tepung tulang, bungkil kedelai, anti biotik, serta tambahan lainnya.
Semua pihak boleh saja berdalih. Masalahnya, kenaikan itu dilakukan ketika daya beli masyarakat masih lemah akibat kenaikan harga BBM. Apalagi pakan ternak tergolong produk yang sensitif terhadap harga. Bukan tidak mungkin, kenaikan harga pakan ini bisa membuat para peternak kecil gulung tikar, seperti pengrajin tahu dan tempe.

Sumber : inilah.com