Kenaikan Harga Daging Ayam Dinikmati Pemodal Asing


Kenaikan Harga Daging Ayam Dinikmati Pemodal Asing
Kenaikan harga daging ayam dinikmati pemodal asing. Foto: Istimewa
BANDUNG - Meski harga daging ayam naik di awal Ramadan, para peternak rakyat tetap tidak bisa menikmatinya secara maksimal. Pasalnya, pasokan daging ayam yang selama ini beredar di pasaran masih didominasi para Penanam Modal Asing (PMA).

Menurut Ketua Persatuan Pengusaha Unggas Indonesia (PPUI) Ashwin Pulungan, potensi pasar daging ayam di Indonesia memang sangat menggiurkan bagi para PMA.

"Keuntungan tingginya harga daging ayam di awal Ramadan ini tidak bisa dinikmati sepenuhnya peternak rakyat. PMA masih mendominasi dalam pasokan daging ayam yang menyebar di pasaran," ujarnya melalui telepon, Senin (30/6/2014).

Kondisi ini, kata Ashwin, berpotensi terjadi monopoli atau oligopoli terhadap harga daging ayam. Saat ini harga daging ayam di pasar sudah tembus Rp38.000 per kilogram (kg) dan dipastikan naik kembali saat Lebaran.

"Mayoritas dipasok PMA, sedangkan para peternak rakyat memasok jauh lebih sedikit," imbuhnya.

Dia menjelaskan, saat ini PMA menguasai 70% industri perunggasan nasional. "Peternak rakyat makin tertekan dengan kenyataan ini," kata dia.

Akibatnya, tidak sedikit usaha peternakan ayam rakyat gulung tikar karena tidak sanggup bersaing dengan para produsen PMA.

"Saat ini harga DOC (days old chik) pada peternak rakyat mencapai Rp5.500 per ekor, serta harga pakan yang mencapai Rp6.000 per kg. Sementara harga DOC pada PMA bisa mencapai Rp3.000 per ekor, serta harga pakan Rp3.000 per kg," tutur dia.

Sebab, jelas Ashwin, industri ternak ayam PMA sudah terintegrasi. Sehingga mereka bisa menghasilkan DOC serta pakan dengan harga murah. "Lain halnya dengan peternak rakyat yang harus membelinya dengan harga mahal," pungkasnya.

Sumber : Sindo