Pakan Mandiri BBPBAP Jepara Siap Bersaing Kualitas

Jepara- Tahun ini BBPBAP Jepara menargetkan bantuan pakan mandiri sebanyak 40 ton pada kelompok pembudidaya di sentra budidaya lele (kampong lele) Kabupaten Boyolali. Sebelumnya pihaknya juga telah mendistribusikan bantuan pakan sebanya 6 ton di berbagai daerah seperti Banjarnegara dan Boyolali
Kepala BBPBAP Jepara, Sugeng Raharjo, mengungkapkan bahwa rahasia kualitas pakan ada pada formulasi yang digunakan. Menurutnya, tantangan pakan adalah bagaimana menjamin agar efsiensi pakan bisa ditingkatkan atau rasio konversi pakan (food conversion ratio) bisa ditekan. “Kami berhasil menyusun sebuah formulasi dengan penambahan enzyme untuk meningkatkan kecernaan pakan. Ini penting agar pakan lebih banyak dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan,” ungkap Sugeng sebagaimana disampaikan dalam keterangan resmi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, pekan lalu.
Sebagaimana diketahui, pabrik pakan BBPBAP Jepara disetting memiliki kapasitas produksi hingga 400 kg per jam. Melalui para ahli nutrisi yang dimiliki, produk pakan telah terbukti memiliki performance kualitas yang baik, hal ini dibuktikan dengan respon masyarakat pembudidaya yang menyatakan puas atas kinerja pakan yang digunakan. “Kami terus berupaya melakukan uji terap sekaligus evaluasi terhadap performance dan respon pembudidaya terhadap penggunaan pakan produk balai ini,” jelas Sugeng.
Yang menggembirakan, saat ini produk pakan BBPBAP Jepara juga telah mendapat respon positif dari pembudidaya lele di Kampung Lele Boyolali. Sebagaimana diakui Sri Widodo salah seorang pembudidaya lele, bahwa pakan BBPBAP Jepara justru tidak kalah kualitas dengan pakan pabrikan.
“Kami telah buktikan bahwa pakan produksi BBPBAP Jepara kualitasnya sama dengan pabrikan, justru kami mendapatkan nilai tambah karena harganya cenderung lebih murah. Dengan FCR mencapai 0,7-0,8, kami mampu meraup nilai tambah keuntungan hingga 3.000 rupiah per kg,” ungkap Widodo.
Begitupun sebagaimana diakui Dr. Fajar Basuki, bahwa pakan produk BBPBAP Jepara memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda dengan pakan pabrikan. Menurutnya ini dibuktikan setelah digunakan untuk pembesaran lele sisitim bioflok, dimana pakan yang digunakan memberikan respon terhadap pertumbuhan yang baik dengan FCR sekitar 0,8.
Saat meninjau langsung pabrik pakan milik BBPBAP Jepara, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengungkapkan harapannya agar produk pakan UPT mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha budidaya. Apalagi menurutnya, UPT sebagai ladang perekayasaan, tentunya akan menjadi andalan dalam menciptakan inovasi bidang nutrisi yang secara langsung mampu meningkatkan efisiensi pakan.
Slamet mengemukakan bahwa pengembangan pakan mandiri saat ini menjadi kebutuhan mendesak dalam upaya menorong usaha budidaya yang efisien. Selain pengembangan pakan mandiri di level masyarakat, KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya juga tengah melakukan revitalisasi miniplan pakan mandiri yang tersebar di 10 (Sembilan) UPT lingkup Ditjen Perikanan Budidaya yaitu di Jepara, Aceh, Situbondo, Lampung, Sukabumi, Karawang, Tatelu Minahasa, Mandiangin, Jambi, dan Lombok.
Menurutnya, pakan Mandiri memiliki segmen tersendiri yaitu menyasar pembudidaya ikan skala kecil. Dengan performance pakan yang layak sesuai standar mutu, produksi pakan mandiri ini telah mampu menekan cost produksi budidaya hingga > 30% dan margin keuntungan pembudidaya meningkat. Melalui penggunaan pakan mandiri pembudidaya diharapkan mendapatkan nilai tambah pada kisaran Rp.3.000 – Rp. 4.000 per kg hasil produksi.
Disela-sela kunjungannya, Slamet juga menyempatkan memberikan batuan dari KKP secara simbolis untuk mendukung pengembangan budidaya ikan di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bantuan tersebut masing-masing : Nauplius udang vaname sebanyak 100 juta ekor kepada kelompok HSRT di Jepara; bantuan pakan mandiri sebanyak 25 ton bagi kelompok pembudidaya lele di Kabupaten Boyolali; bantuan benih udang windu sebanyak 1,6 juta ekor bagi kelompok pembudidaya udang di Kabupaten Demak; bantuan benih bandeng sebanyak 400 ribu ekor bagi kelompok pembudidaya di Kabupaten Pekalongan; bantuan benih udang vaname 1,4 juta ekor bagi kelompok pembudidaya di Kabupaten Demak dan Cirebon; bantuan bibit rumput laut sebanyak 8 ton bagi kelompok pembudidaya di Kabupaten Demak; dan bantuan benih nila salin sebanyak 150 ribu ekor bagi kelompok pembudidaya di Kabupaten Purworejo.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan, Indonesia saat ini memiliki peluang lebih besar dalam memasok pangsa pasar udang dunia, mengingat potensi pengembangan yang masih besar. Dalam merebut peluang tersebut, maka ketersediaan benur berkualitas menjadi keniscayaan yang harus terpenuhi dan tentunya mampu menjangkau sentral-sentral produksi udang nasional.
Dirjen Slamet Soebjakto menegaskan pentingnya membangun mata rantai proses produksi secara terintegrasi. Untuk itu, KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya tengah menata sistem logistik perbenihan melalui pembangunan naupli center yang ke depannya diharapkan akan menjangkau sentral-sentral produksi udang.
Sumber : Neraca