KKP Gandeng Stakeholder Mendorong Ekspor Udang



NERACA

Jakarta - Produktivitas udang nasional terus digenjot seiring target peningkatan ekspor hasil perikanan pada 2024 sebesar USD8 miliar sesuai Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024. Udang menjadi komoditas utama yang ditingkatkan produksi dan kualitasnya lantaran serapan pasar dunia yang sangat besar.

Nilai ekspor udang Indonesia pada 2020 mencapai mencapai USD2,04 miliar. Jumlah tersebut menjadikan udang sebagai komoditas unggulan ekspor disusul Tuna – Cakalang (TCT) dan Cumi–Sotong–Gurita (CSG), Rajungan – Kepiting dan Rumput Laut.

Salah satu langkah untuk mencapai target tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) rutin menemui stakeholder untuk menyerap aspirasi hingga mencarikan solusi atas hambatan-hambatan yang dialami. Terakhir jajaran KKP menemuai perwakilan stakeholder udang Indonesia mulai dari pembudidaya, pelaku usaha pengolahan, pakan, hingga eksportir.

"Kami mendorong produktivitas (udang nasional) terus meningkat, ekspor meningkat, maka pertumbuhan ekonomi meningkat dan devisa ikut meningkat," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Ternggono menjelaskan, dalam pertemuan tersebut dibahas sejumlah isu yang berkaitan dengan produktivitas udang nasional. Mulai dari mitigasi penyakit, pasokan indukan udang, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peluang pasar, sarana prasana tambak, hingga upaya bersama dalam mempertahankan kinerja ekspor udang di masa pandemi.

Untuk kinerja ekspor udang di masa pandemi, maka semua pihak diminta untuk sama-sama menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di setiap proses produksi. Langkah ini sekaligus sebagai upaya agar udang Indonesia diterima dengan baik di pasar internasional.

"Ini diskusi sangat bagus, untuk memberi masukan ke kami, memperkaya kami dalam mendesain kebijakan yang sesuai dengan harapan," jelas Trenggono.

 Lebih lanjut, Trenggono mengungkapkan, KKP telah menyusun sejumlah langkah strategi untuk mencapai target peningkatan produksi udang nasional. Mulai dari mengevaluasi tambak udang eksiting di seluruh Indonesia.

Kemudian melakukan revitalisasi sarana dan prasarana tambak agar produktivitas meningkat dari rata-rata 0,6 ton per haktare menjadi 2 ton per haktare. Lalu langkah lainnya yaitu membangun modelling tambak udang terintegrasi yang rencananya mulai dilakukan pada 2022.

Sehingga dalam hal ini perlu adanya kolaborasi dengan semua pihak agar strategi yang sudah dibangun berjalan dengan baik. Termasuk kolaborasi dengan pelaku usaha dan pemerintah daerah.

Kolaborasi juga untuk memastikan kegiatan produksi udang dari hulu hingga hilir sejalan dengan kebijakan penangkapan terukur, di mana keseimbangan ekologi dan pertumbuhan ekonomi berjalan seimbang.

 "Kami terus mencari terobosan bagaimana kita bisa instal teknologi budidaya yang paling baik untuk meningkatkan produktivitas yang sejalan dengan prinsip berkelanjutan," ungkap Trenggono.

Trenggono pun memaparkan, udang merupakan komoditas perikanan yang paling banyak diminati pasar global. Dalam kurun waktu 2015 – 2019 udang merupakan permintaan pasar nomor dua setelah salmon. Indonesia sendiri selama kurun waktu tahun 2015-2020 berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9%.

“Potensi pasar ini harus kita garap, khususnya pasar yang memberikan nilai tinggi terhadap udang produksi Indonesia, agar Indonesia mampu menguasai pasar udang dunia," ujar Trenggono.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004 yang juga Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia, Rokhmin Dahuri  mengakui bahwa pihaknya mempunyai 3 program terobosan KKP berbasis keberlanjutan selama 3 tahun ke depan.

"Saya akan selalu sampaikan 3 program prioritas KKP untuk 3 tahun ke depan, yaitu Peningkatan PNBP dari Sumber Daya Alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan, serta pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal,” urai Rokhmin.

Seperti diketahui, nilai ekspor udang nasional pada tahun 2019 sendiri menempatkan Indonesia di urutan kelima eksportir udang dunia, di bawah India, Ekuador, Vietnam dan Tiongkok, dengan market share sebesar 7,1%. Dimana dari angka tersebut dengan total volume produksi udang sebesar 239.227 ton nilai ekspor udang Indonesia sebesar USD2,04 miliar.

Sumber : Neraca.co.id