G20 Akan Adakan Pertemuan Terkait Masalah Pangan


London (AFP/ANTARA) – Anggota Group of 20 (G20) akan mengadakan pertemuan singkat untuk berusaha mengoordinasikan respon mengenai melonjaknya harga pangan, yang dipicu oleh kekeringan dan permintaan yang meningkat,
seperti dilaporkan Financial Times pada Selasa.

Pada akhir pekan kemarin, Presiden Barack Obama menghimbau Kongres untuk membantu para petani yang berjuang melawan kekeringan terburuk yang melanda Amerika Serikat dalam kurun waktu setengah abad, setelah Departemen Pertanian Amerika Serikat (United State Department of Agriculture/USDA) memperingatkan harga pangan yang meningkat tajam.

USDA mengatakan bahwa harga jagung dapat mencapai 8,90 dolar Amerika (sekitar Rp84,42 ribu) per takaran, meningkat tajam dari perkiraan pada Juli. Harga kedelai meningkat menjadi 15-17 dolar Amerika (sekitar Rp142,29 – 161,27 ribu) per takaran, naik sebesar 2,0 dolar Amerika (sekitar Rp18,97 ribu).

Suhu panas tertinggi yang tercatat pada Juli menyebabkan kedua tanaman itu rusak parah, membuat produksi jagung per hektar ke level terendah sejak 1995, dan untuk kedelai terendah sejak 2003, ujar departemen tersebut.

Financial Times melaporkan bahwa kekhawatiran akan hasil panen tersebut mendorong para pejabat G20 senior dan PBB untuk mempertimbangkan diadakannya pertemuan darurat yang membahas pasokan makanan, yang dijadwalkan akan dilangsungkan pada 27 Agustus.

Surat kabar itu mengutip pernyataan para pejabat yang mengatakan bahwa pertemuan tersebut bukanlah suatu tanda kepanikan namum lebih mencerminkan kebutuhan untuk mencapai mufakat guna menghindari terulangnya kerusuhan dan ketegangan seperti pada 2007- 2008, yang dipicu tingginya harga pangan.

Financial Times pada Jumat melaporkan bahwa kepala Badan Pangan dan Pertanian (Food and Agricultural Organization /FAO) PBB mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan program produksi biofuel(bahan bakar hayati), sehingga dapat mengurangi tekanan pada sumber daya pangan.

FAO pada pekan lalu mengatakan bahwa harga pangan global meningat 6,0 persen pada Juli, setelah turun selama tiga bulan, sebagian besar disebabkan karena kenaikan harga gandum dan gula. (yg/ik)