Anggapan Salah Penyebab Balita Kurang GIzi


Konsumsi daging ayam dan telur Indonesia masih rendah dibandingkan negeri jiran seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Sementara itu, industry perunggasan terus berkembang dari tahun ke tahun. Pelaku usaha industry perunggasan Indonesia (FMPI, ASOHI, GPMT, GPPU, GAPPI, GOPAN, PINSAR, PDHI, ISPI, ARPHUIN, MIPI, HIMPULI, ADHPI, FORMAT, Pemerintah dan Perguruan Tinggi) berupaya membangun pemahaman masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam dan telur karena memiliki kandaungan gizi yang diperlukan manusia.

Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan berprotein dari hewani khususnya unggas ini karena masih banyak anggapan dan rasa takut tentang pemberian hormon pada budidaya ayam, penyebab kolesterol tinggi, penyakit kanker prostat, pertumbuhan yang lebh cepat pada anak-anak dan isu negative Tidak sedikit pula orang tua di kalangan ekonomi menengah bawah yang justru lebih rela membeli rokok ketimbang membelikan anaknya telur.
Pakar gizi dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Hardinsyah mengatakan, salah satu yang membuat banyaknya balita di Indonesia kekurangan gizi karena masih adanya anggapan yang salah soal tersebut. “Padahal sehari makan empat butir telur juga tidak masalah,” tandasnya dalam jumpa wartawan pra-Festival Ayam dan Telur 2012 di Hotel Shangri-La Jakarta, Rabu (17/10).
Selama konsumen tidak memiliki kecenderungan kolesterol tinggi, tambah Hardiansyah, konsumsi telur dan daging ayam tidak perlu dicemaskan. Bahkan, orang dewasa dan anak-anak sebaiknya tetap mengkonsumsi telur karena memiliki kandungan gizi seperti asam folat, Vitamin B12, zat besi, seng, dan magnesium yang baik untuk pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan anak-anak dan orang dewasa.
“Bagi yang memiliki hypercolesterol perlu waspada, tapi tetap bisa mengonsumsi telur yang rendah kolesterol dan mengandung omega 3 yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol itu sendri,” jelasnya.
Sedangkan Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia Don P Utoyo mengatakan, aspek keamanan pangan menjadi syarat utama dalam usaha budidaya ayam pedaging dan telur yaitu harus aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Selain itu, pertumbuhan ayam yang sangat besar tersebut dikarenakan genetika ayam bukan karena hormone. “Jadi daging ayam yang mengandung hormon berbahaya dan sebagainya tidak ada,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum GAPPI (Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia) Menurut Anton J Supit, industri perunggasan nasional berkembang cukup pesat, tapi tidak dibarengi peningkatan konsumsi ayam dan telur per kapita nasional karena masih adanya stigma negative tadi. “Hal-hal seperti inilah yang perlu terus diluruskan dan diinformasikan sehingga konsumsi protein hewani asal unggas meningkat dan generasi yang cerdas terus bisa dilahirkan,” jelas Anton J Supit.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam dan telur, Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) menggelar Festival Ayam & Telur (FAT) 2012 pada 21 Oktober di Plaza Taman Parkir Timur Senayan dengan tema “Ayam & Telur Meningkatkan Gizi dan Prestasi Anak Bangsa”.
Festival yang kedua kalinya ini terselenggara atas kerjasama semua asosiasi yang terkait perunggasan seperti FMPI, ASOHI, GPMT, GPPU, GAPPI, GOPAN, PINSAR, PDHI, ISPI, ARPHUIN, MIPI, HIMPULI, ADHPI, FORMAT, Pemerintah dan Perguruan Tinggi.
FAT bukan hanya untuk asosiasi dan profesional di bidang perunggasan, juga untuk masyarakat umum, agar masyarakat lebih memhami tentang pentingya asupan gizi dari protein hewani yang baik khususnya dari ayam dan telur.
Ketua Panitia FAT, Fitri Nursanti mengatakan pada FAT nanti akan dihadirkan berbagai produk olahan ayam dan telur serta disajikan juga info seputar kandungan protein serta tips memilih daging ayam yang sehat dan berkualitas baik. FAT diharapkan menjadi momentum kegiatan bersama dan berkesinambungan untuk memberikan pengertian yang benar tentang daging ayam dan telur pada masyarakat luas, serta menjadi agenda rutin masyarakat perunggasan Indonesia secara nasional. 
Juga ada senam massal, demo masak dan penciptaan rekor masak dengan 250 menu berbeda berbahan baku daging ayam, talkshow, lomba gambar. Diharapkan gaung FAT tidak hanya di Jakarta saja tapi menyebar dan berlanjut ke seluruh pelosok Tanah Air.