Anggapan Salah Penyebab Balita Kurang GIzi
Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi
pangan berprotein dari hewani khususnya unggas ini karena masih banyak anggapan
dan rasa takut tentang pemberian hormon pada budidaya ayam, penyebab kolesterol
tinggi, penyakit kanker prostat, pertumbuhan yang lebh cepat pada anak-anak dan
isu negative Tidak sedikit pula orang tua di kalangan
ekonomi menengah bawah yang justru lebih rela membeli rokok ketimbang
membelikan anaknya telur.
Pakar gizi dari Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Hardinsyah mengatakan, salah satu yang membuat
banyaknya balita di Indonesia kekurangan gizi karena masih adanya anggapan yang
salah soal tersebut. “Padahal sehari makan empat butir telur juga tidak masalah,”
tandasnya dalam jumpa wartawan pra-Festival Ayam dan Telur 2012 di Hotel
Shangri-La Jakarta, Rabu (17/10).
Selama konsumen tidak memiliki kecenderungan kolesterol
tinggi, tambah Hardiansyah, konsumsi telur dan daging ayam tidak perlu
dicemaskan. Bahkan, orang dewasa dan anak-anak sebaiknya tetap mengkonsumsi
telur karena memiliki kandungan gizi seperti asam folat, Vitamin B12, zat besi,
seng, dan magnesium yang baik untuk pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan
anak-anak dan orang dewasa.
“Bagi yang memiliki hypercolesterol
perlu waspada, tapi tetap bisa mengonsumsi telur yang rendah kolesterol dan
mengandung omega 3 yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol itu sendri,”
jelasnya.
Sedangkan Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia
Don P Utoyo mengatakan, aspek keamanan pangan menjadi syarat utama dalam usaha
budidaya ayam pedaging dan telur yaitu harus aman, sehat, utuh, dan halal
(ASUH). Selain itu, pertumbuhan ayam yang sangat besar tersebut dikarenakan
genetika ayam bukan karena hormone. “Jadi daging ayam yang mengandung hormon
berbahaya dan sebagainya tidak ada,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum GAPPI (Gabungan Perusahaan
Perunggasan Indonesia) Menurut Anton J Supit, industri perunggasan nasional
berkembang cukup pesat, tapi tidak dibarengi peningkatan konsumsi ayam dan
telur per kapita nasional karena masih adanya stigma negative tadi. “Hal-hal
seperti inilah yang perlu terus diluruskan dan diinformasikan sehingga konsumsi
protein hewani asal unggas meningkat dan generasi yang cerdas terus bisa
dilahirkan,” jelas Anton J Supit.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi
daging ayam dan telur, Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) menggelar
Festival Ayam & Telur (FAT) 2012 pada 21 Oktober di Plaza Taman Parkir Timur
Senayan dengan tema “Ayam & Telur Meningkatkan Gizi dan Prestasi Anak
Bangsa”.
Festival yang kedua kalinya ini terselenggara atas
kerjasama semua asosiasi yang terkait perunggasan seperti FMPI, ASOHI, GPMT, GPPU,
GAPPI, GOPAN, PINSAR, PDHI, ISPI, ARPHUIN, MIPI, HIMPULI, ADHPI, FORMAT, Pemerintah
dan Perguruan Tinggi.
FAT bukan hanya untuk asosiasi dan profesional di bidang
perunggasan, juga untuk masyarakat umum, agar masyarakat lebih memhami tentang
pentingya asupan gizi dari protein hewani yang baik khususnya dari ayam dan
telur.
Ketua
Panitia FAT, Fitri Nursanti mengatakan pada FAT nanti
akan dihadirkan berbagai produk olahan ayam dan telur serta disajikan juga info
seputar kandungan protein serta tips memilih daging ayam yang sehat dan
berkualitas baik. FAT diharapkan menjadi momentum kegiatan bersama dan
berkesinambungan untuk memberikan pengertian yang benar tentang daging ayam dan
telur pada masyarakat luas, serta menjadi agenda rutin masyarakat perunggasan
Indonesia secara nasional.
Juga ada senam massal, demo masak dan penciptaan rekor
masak dengan 250 menu berbeda berbahan baku daging ayam, talkshow, lomba gambar.
Diharapkan gaung FAT tidak hanya di Jakarta saja tapi menyebar dan berlanjut ke
seluruh pelosok Tanah Air.
Sumber : agrina-online.com