GPMT: Pertumbuhan Industri Pakan Ternak Di Bawah 8%

GPMT: Pertumbuhan Industri Pakan Ternak di Bawah 8% 

Bisnis.com, BOGOR- Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menggelar Kongres ke-13 pada Kamis s/d Sabtu di Rancamaya Bogor (19-21/5/2015). Kongres tersebut bertema Kepastian Ketersediaan Bahan Pakan untuk Menunjang Daya Saing.

Ketua GPMT Sudirman mengatakan keberadaan asosiasi tersebut bisa berkontribusi positif bagi perekonomian meskipun kondisi usaha pakan ternak di Tanah Air belum stabil.

"Kondisi pertumbuhan industri pakan ternak ini masih di bawah 8%. Oleh karena itu kami harus siap menghadapi era globalisasi," ujarnya di sela pembukaan kongres, Kamis (19/5/2015) malam.

Dia berharap dalam kongres tersebut dapat terpilih para pengurus andal yang mampu memajukan industri pakan ternak sehingga roda perekonomian di Indonesia terus berjalan ke arah positif.

Pihaknya juga berharap para pengurus GPMT yang baru mampu mengusung program kongkrit untuk perkembangan usaha dan juga kesejahteraan rakyat.

Dia mengisyaratkan para pengurus terpilih bisa mencapai impian pemerintah dan kalangan petani yakni mampu menekan impor yang selama ini dilakukan asosiasi tersebut.

"Tentu harapan tekan impor jagung ada. Tahun lalu impor 3 juta ton. Nah harapannya nanti harus ada upaya membantu pemerintah untuk swasembada jagung, sehingga ketergantungan impor semakin berkurang," paparnya.

Sudirman menambahkan pihaknya siap terus bekerja sama dengan pemerintah dalam mengatasi persoalan ketersediaan jagung, seiring saat ini pemerintah fokus terus menanam komoditas bahan pakan ternak tersebut.

"Saya ingin mengacungkan jempol pada Menteri Pertanian yang sudah gigih membuat anggaran khusus untuk jagung lebih dari Rp 3 triliun. Ini tentu harapannya swasembada jagung," ujarnya.

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Muladno menuturkan para pengurus GPMT terpilih nantinya harus bersinergi dengan pemerintah dan petani sehingga ketersediaan jagung dipastikan terpenuhi.

Selama ini, lanjutnya, pola komunikasi antara pengusaha pakan ternak, pemerintah dan petani kurang harmonis sehingga berdampak pada produksi jagung.

"Kami tak memaksa pengusaha untuk tekan impor, tetapi setidaknya harus ada sinergitas tinggi dengan pemerintah dan petani," ujarnya.

Dia memberi contoh, ketika Kementerian Pertanian melakukan kunjungan ke Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, pihaknya banyak belajar dengan Bupati Dompu yang sebelumnya tidak pernah menanam jagung.

"Tapi setelah bupatinya menjabat, dia tanam jagung di hampir semua lahan sehingga warganya banyak yang tanam. Nah maksud saya, ini juga bisa diadopsi oleh pengusaha pakan, jadi jangan terlalu andalin pemerintah," paparnya.

Sumber : Bisnis